Fiber Optik
Fiber optik
adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca
atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari
sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser
atau LED. Kabel ini berdiameter lebih kurang 120
mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat
optik tidak keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks
bias dari udara, karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan
transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi.
Perkembangan
teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan
(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth)
yang besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak
dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian
serat optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi[2]. Pada prinsipnya serat optik
memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang merambat didalamnya.
Efisiensi
dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca.
Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat
optik.
Sejarah
Penggunaan
cahaya sebagai pembawa informasi sebenarnya sudah banyak digunakan sejak zaman
dahulu, baru sekitar tahun 1930-an para ilmuwan Jerman mengawali eksperimen untuk mentransmisikan
cahaya melalui bahan yang bernama serat optik. Percobaan ini juga masih
tergolong cukup primitif karena hasil yang dicapai tidak bisa langsung
dimanfaatkan, namun harus melalui perkembangan dan penyempurnaan lebih lanjut
lagi. Perkembangan selanjutnya adalah ketika para ilmuawan Inggris pada tahun 1958 mengusulkan prototipe serat optik yang sampai sekarang
dipakai yaitu yang terdiri atas gelas inti yang dibungkus oleh gelas lainnya.
Sekitar awal tahun 1960-an perubahan fantastis terjadi di Asia yaitu ketika
para ilmuwan Jepang berhasil membuat jenis serat optik yang
mampu mentransmisikan gambar.
Di lain
pihak para ilmuwan selain mencoba untuk memandu cahaya melewati gelas (serat
optik) namun juga mencoba untuk ”menjinakkan” cahaya. Kerja keras itupun
berhasil ketika sekitar 1959 laser ditemukan. Laser beroperasi pada daerah
frekuensi tampak sekitar 1014 Hertz-15 Hertz atau ratusan ribu kali frekuensi
gelombang mikro.
Pada awalnya
peralatan penghasil sinar laser masih serba besar dan merepotkan. Selain tidak
efisien, ia baru dapat berfungsi pada suhu sangat rendah. Laser juga belum
terpancar lurus. Pada kondisi cahaya sangat cerah pun, pancarannya gampang
meliuk-liuk mengikuti kepadatan atmosfer. Waktu itu, sebuah pancaran laser
dalam jarak 1 km, bisa tiba di tujuan akhir pada banyak titik dengan simpangan
jarak hingga hitungan meter.
Sekitar
tahun 60-an ditemukan serat optik yang kemurniannya sangat tinggi, kurang dari
1 bagian dalam sejuta. Dalam bahasa sehari-hari artinya serat yang sangat
bening dan tidak menghantar listrik ini sedemikian murninya, sehingga konon,
seandainya air laut itu semurni serat optik, dengan pencahayaan cukup mata
normal akan dapat menonton lalu-lalangnya penghuni dasar Samudera Pasifik.
Seperti
halnya laser, serat optik pun harus melalui tahap-tahap pengembangan awal.
Sebagaimana medium transmisi cahaya, ia sangat tidak efisien. Hingga tahun 1968
atau berselang dua tahun setelah serat optik pertama kali diramalkan akan
menjadi pemandu cahaya, tingkat atenuasi (kehilangan)-nya masih 20 dB/km.
Melalui pengembangan dalam teknologi material, serat optik mengalami pemurnian,
dehidran dan lain-lain. Secara perlahan tapi pasti atenuasinya mencapai tingkat
di bawah 1 dB/km.
Kronologi Perkembangan Serat Optik
- 1917 Albert Einstein
memperkenalkan teori pancaran terstimulasi dimana jika ada atom
dalam tingkatan energi tinggi
- 1954 Charles Townes, James Gordon, dan Herbert
Zeiger dari Universitas Columbia
USA, mengembangkan maser yaitu penguat gelombang mikro
dengan pancaran terstimulasi, dimana molekul dari gasamonia memperkuat dan
menghasilkan gelombang
elektromagnetik. Pekerjaan ini menghabiskan waktu tiga tahun
sejak ide Townes pada tahun 1951 untuk mengambil manfaat dari osilasi frekuensi tinggi molekular untuk
membangkitkan gelombang dengan panjang gelombang pendek pada gelombang radio.
- 1958 Charles Townes dan ahli fisika Arthur Schawlow mempublikasikan
penelitiannya yang menunjukan bahwa maser dapat dibuat untuk dioperasikan
pada daerah infra merah dan spektrum tampak, dan menjelaskan tentang
konsep laser.
- 1960 Laboratorium Riset Bell dan Ali Javan
serta koleganya William Bennett, Jr., dan Donald Herriott menemukan sebuah
pengoperasian secara berkesinambungan dari laser helium-neon.
- 1960 Theodore Maiman, seorang fisikawan dan
insinyur elektro dari Hughes Research Laboratories, menemukan sumber laser
dengan menggunakan sebuah kristal batu rubi sintesis sebagai medium.
- 1961 Peneliti industri Elias Snitzer dan
Will Hicks mendemontrasikan sinar laser yang diarahkan melalui serat gelas
yang tipis(serat optik). Inti serat gelas tersebut cukup kecil yang
membuat cahaya hanya dapat melewati satu bagian saja tetapi banyak ilmuwan
menyatakan bahwa serat tidak cocok untuk komunikasi karena rugi rugi
cahaya yang terjadi karena melewati jarak yang sangat jauh.
- 1961 Penggunaan laser yang dihasilkan dari
batu Rubi untuk keperluan medis di Charles Campbell of the Institute of
Ophthalmology at Columbia-Presbyterian Medical Center dan Charles Koester
of the American Optical Corporation menggunakan prototipe ruby laser
photocoagulator untuk menghancurkan tumor pada retina pasien.
- 1962 Tiga group riset terkenal yaitu General Electric,
IBM, dan MIT’s Lincoln Laboratory secara simultan mengembangkan
gallium arsenide laser yang mengkonversikan energi listrk secara langsung ke
dalam cahaya infra merah dan perkembangan selanjutnya digunakan untuk
pengembangan CD dan DVD player serta penggunaan pencetak laser.
- 1963 Ahli fisika Herbert Kroemer mengajukan
ide yaitu heterostructures, kombinasi dari lebih dari satu
semikonduktor dalam layer-layer untuk mengurangi kebutuhan energi untuk
laser dan membantu untuk dapat bekerja lebih efisien. Heterostructures ini
nantinya akan digunakan pada telepon seluler
dan peralatan elektronik lainnya.
- 1966 Charles
Kao dan George
Hockham yang melakukan penelitian di Standard
Telecommunications Laboratories Inggris mempublikasikan penelitiannya
tentang kemampuan serat optik dalam mentransmisikan sinar laser yang
sangat sedikit rugi-ruginya dengan menggunakan serat kaca yang sangat
murni. Dari penemuan ini, kemudian para peneliti lebih fokus pada
bagaimana cara memurnikan bahan serat kaca tersebut.
- 1970 Ilmuwan Corning Glass Works yaitu Donald Keck, Peter
Schultz, dan Robert Maurer melaporkan penemuan serat optik yang memenuhi
standar yang telah ditentukan oleh Kao dan Hockham. Gelas yang paling
murni yang dibuat terdiri atas gabungan silika dalam tahap uap dan mampu
mengurangi rugi-rugi cahaya kurang dari 20 decibels
per kilometer, yang selanjutnya pada 1972, tim
ini menemukan gelas dengan rugi-rugi cahaya hanya 4 decibels per
kilometer. Dan juga pada tahun 1970, Morton Panish dan Izuo Hayashi dari
Bell Laboratories dengan tim Ioffe Physical Institute dari Leningrad,
mendemontrasikan laser semikonduktor yang dapat dioperasikan pada temperatur
ruang. Kedua penemuan tersebut merupakan terobosan dalam
komersialisasi penggunaan fiber optik.
- 1973 John MacChesney dan Paul O. Connor pada
Bell Laboratories mengembangkan proses pengendapan uap
kimia ke bentuk ultratransparent glass yang kemudian
menghasilkan serat optik yang mempunyai rugi-rugi
sangat kecil dan diproduksi secara masal.
Proses
pengendapan uap kimia untuk memodifikasi serat optik
- 1975 Insinyur pada Laser Diode Labs
mengembangkan Laser Semikonduktor, laser komersial pertama yang
dapat dioperasikan pada suhu kamar.
- 1977 Perusahaan telepon memulai penggunaan serat optik yang
membawa lalu lintas telepon. GTE
membuka jalur antara Long Beach dan Artesia, California, yang menggunakan
transmisi LED. Bell Labs mendirikan sambungan yang
sama pada sistem telepon di Chicago dengan jarak 1,5 mil di bawah tanah
yang menghubungkan 2 switching station.
- 1980 Industri serat optik benar-benar sudah
berkibar, sambungan serat optik telah ada di kota kota besar di Amerika, AT&T mengumumkan akan menginstal
jaringan serat optik yang menghubungkan kota kota antara Boston dan
Washington D.C., kemudian dua tahun kemudian MCI mengumumkan untuk melakukan hal yang sama.
Raksasa-raksasa elektronik macam ITT atau STL mulai memainkan peranan
dalam mendalami riset-riset serat optik.
- 1987 David Payne dari Universitas Southampton memperkenalkan optical
amplifiers yang dikotori (dopped) oleh elemen erbium, yang mampu
menaikan sinyal cahaya tanpa harus mengkonversikan terlebih dahulu ke
dalam energi listrik.
- 1988 Kabel Translantic yang pertama menggunakan serat kaca
yang sangat transparan, dan hanya memerlukan repeater untuk setiap
40 mil.
- 1991 Emmanuel Desurvire dari Bell
Laboratories serta David Payne dan P. J. Mears dari Universitas
Southampton mendemontrasikan optical amplifiers yang terintegrasi
dengan kabel serat optik tersebut. Dengan keuntungannya adalah dapat
membawa informasi 100 kali lebih cepat dari pada kabel dengan penguat
elektronik (electronic amplifier).
- 1996 TPC-5 merupakan jenis kabel serat optik
yang pertama menggunakan penguat optik. Kabel ini melewati samudera
pasifik mulai dari San Luis Obispo, California, ke Guam, Hawaii, dan Miyazaki, Jepang, dan kembali ke Oregon coast dan
mampu untuk menangani 320,000 panggilan telepon.
- 1997 Serat optik menghubungkan seluruh
dunia, Link Around the Globe (FLAG)
menjadi jaringan kabel terpanjang di seluruh dunia yang menyediakan
infrastruktur untuk generasi internet terbaru.
Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)
Berdasarkan
penggunaannya maka SKSO dibagi atas beberapa generasi yaitu :
Generasi pertama (mulai 1975)
Sistem masih
sederhana dan menjadi dasar bagi sistem generasi berikutnya, terdiri
dari : alat encoding : mengubah input (misal suara) menjadi sinyal
listrik transmitter : mengubah sinyal listrik menjadi sinyal gelombang,
berupa LED dengan panjang gelombang 0,87 mm. serat silika : sebagai
penghantar sinyal gelombang repeater : sebagai penguat gelombang yang
melemah di perjalanan receiver : mengubah sinyal gelombang menjadi sinyal
listrik, berupa fotodetektor alat decoding : mengubah sinyal listrik
menjadi output (misal suara) Repeater bekerja melalui beberapa tahap, mula-mula
ia mengubah sinyal gelombang yang sudah melemah menjadi sinyal listrik,
kemudian diperkuat dan diubah kembali menjadi sinyal gelombang. Generasi
pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas transmisi sebesar 10
Gb.km/s.
Generasi kedua (mulai 1981)
Untuk
mengurangi efek dispersi, ukuran teras serat diperkecil agar menjadi tipe mode
tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya dengan indeks bias teras.
Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser, panjang
gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi kedua
mampu mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar
daripada generasi pertama.
Generasi ketiga (mulai 1982)
Terjadi
penyempurnaan pembuatan serat silika dan pembuatan chip diode laser berpanjang
gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silika ditingkatkan sehingga transparansinya
dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar 1,2 mm sampai 1,6 mm.
Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi menjadi beberapa ratus
Gb.km/s.
Generasi keempat (mulai 1984)
Dimulainya
riset dan pengembangan sistem koheren, modulasinya yang dipakai bukan modulasi
intensitas melainkan modulasi frekuensi, sehingga sinyal yang sudah lemah
intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak yang dapat ditempuh, juga
kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984 kapasitasnya sudah dapat
menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang, generasi ini terhambat
perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi modulasi frekuensi
masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa sistem koheren ini
punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.
Generasi kelima (mulai 1989)
Pada
generasi ini dikembangkan suatu penguat optik yang menggantikan fungsi repeater
pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah penguat optik terdiri dari sebuah
diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm) dan sejumlah serat optik dengan
doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini disinari diode lasernya,
atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat inversi populasi*, sehingga
bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam serat, atom-atom itu
akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi terangsang (stimulated
emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah akan diperkuat kembali
oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan penguat optik ini
terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap perjalanan sinyal
gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu dan seterusnya
seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik ini kapasitas
transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya hanya dicapai 400
Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah menembus harga 50
ribu Gb.km/s.
Generasi keenam
Pada tahun
1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem komunikasi soliton. Soliton adalah
pulsa gelombang yang terdiri dari banyak komponen panjang gelombang.
Komponen-komponennya memiliki panjang gelombang yang berbeda hanya sedikit, dan
juga bervariasi dalam intensitasnya. Panjang soliton hanya 10-12 detik dan
dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang saling berdekatan, sehingga
sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi yang terdiri dari
beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing). Eksperimen
menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang masing-masing
membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat menjadi dua
kali lipat lebih banyak jika digunakan multiplexing polarisasi, karena setiap
saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah
diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.
Cara kerja
sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan
jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan
untuk menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada
waktu sampai di receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan
yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa
penggabungan ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu
menghasilkan suatu sistem komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki
kapasitas transmisi yang sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang
sekecil-kecilnya yang jelas, dunia komunikasi abad 21 mendatang tidak dapat
dihindari lagi akan dirajai oleh teknologi serat optik.
Kelebihan Serat Optik
Dalam
penggunaan serat optik ini, terdapat beberapa keuntungan antara lain[3] :
- Lebar jalur besar dan kemampuan
dalam membawa banyak data, dapat memuat
kapasitas informasi yang sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per
detik dan menghantarkan informasi jarak jauh
tanpa pengulangan
- Biaya pemasangan dan
pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan yang lebih tinggi
- Ukuran kecil dan ringan,
sehingga hemat pemakaian ruang
- Imun, kekebalan terhadap gangguan elektromagnetik
dan gangguan gelombang radio
- Non-Penghantar, tidak ada tenaga listrik dan percikan api
- Tidak berkarat
Kabel Serat Optik
Secara garis
besar kabel serat optik terdiri dari 2 bagian utama,
yaitu cladding dan core [4]. Cladding adalah selubung dari
inti (core). Cladding mempunyai indek bias lebih rendah dari pada core
akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali kedalam
core lagi.
Bagian-bagian
serat optik jenis single mode
Dalam
aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin
yang disebut dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat menambah kekuatan
untuk kabel serat optik, walaupun tidak memberikan peningkatan terhadap sifat
gelombang pandu optik pada kabel tersebut. Namun lapisan resin ini dapat
menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang
keluar dari selubung inti. Serta hal ini dapat juga mengurangi cakap silang (cross talk) yang mungkin
terjadi[2].
Pembagian
serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :
1.
Berdasarkan mode yang dirambatkan[5] :
- Single mode : serat optik dengan inti
(core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3 mikron), diameter
intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang
sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding
selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik single-mode
terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan
sejumlah kecil kaca Germania (GeO2) untuk
meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan performa yang baik pada
kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya adalah sekitar 15 kali dari
ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis ini paling mahal,
tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per kilometer), sehingga
memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak yang sangat jauh.
Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan G.657[6].
- Multi mode : serat optik dengan
diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan
terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya
bandwidth dari serat optik jenis ini.
2.
Berdasarkan indeks bias core[3] :
- Step indeks : pada serat optik step
indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
- Graded indeks : indeks bias core
semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks,
pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded
indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena
pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.
Kabel serat
optik
Pelemahan
Pelemahan
(Attenuation) cahaya sangat penting
diketahui terutama dalam merancang sistem telekomunikasi serat optik itu
sendiri. Pelemahan cahaya dalam serat optik adalah adanya penurunan rata-rata
daya optik pada kabel serat optik, biasanya diekspresikan dalam decibel (dB) tanpa tanda negatif. Berikut ini
beberapa hal yang menyumbang kepada pelemahan cahaya pada serat optik[7]:
- Penyerapan (Absorption)
Kehilangan cahaya yang disebabkan adanya kotoran dalam serat optik.
- Penyebaran (Scattering)
- Kehilangan radiasi (radiative
losses)
Reliabilitas
dari serat optik dapat ditentukan dengan satuan BER (Bit error rate). Salah satu ujung serat optik
diberi masukan data tertentu dan ujung yang lain mengolah data itu. Dengan
intensitas laser yang rendah dan dengan panjang serat mencapai beberapa km,
maka akan menghasilkan kesalahan. Jumlah kesalahan persatuan waktu tersebut
dinamakan BER. Dengan diketahuinya BER maka, Jumlah kesalahan pada serat optik
yang sama dengan panjang yang berbeda dapat diperkirakan besarnya.
Kode warna pada kabel serat optik
Selubung luar
Dalam
standarisasinya kode warna dari selubung luar (jacket) kabel serat optik
jenis Patch Cord adalah sebagai berikut:
Warna selubung luar/jacket
|
Artinya
|
Kuning
|
serat optik single-mode
|
Oren
|
serat optik multi-mode
|
Aqua
|
Optimal laser 10 giga 50/125 mikrometer serat optik multi-mode
|
Abu-Abu
|
Kode warna serat optik multi-mode, yang tidak digunakan lagi
|
Biru
|
Kadang masih digunakan dalam model perancangan
|
Konektor
Pada kabel
serat optik, sambungan ujung terminal atau disebut juga konektor, biasanya
memiliki tipe standar seperti berikut:
- FC (Fiber Connector): digunakan
untuk kabel single mode dengan akurasi yang sangat tinggi dalam
menghubungkan kabel dengan transmitter maupun receiver. Konektor ini
menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang dapat diatur, sehingga
ketika dipasangkan ke perangkat lain, akurasinya tidak akan mudah berubah.
- SC (Subsciber Connector):
digunakan untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor
ini tidak terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual serta
akurasinya baik bila dipasangkan ke perangkat lain.
- ST (Straight Tip): bentuknya
seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum
digunakan baik untuk kabel multi mode maupun single mode. Sangat mudah
digunakan baik dipasang maupun dicabut.
- Biconic: Salah satu konektor
yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini sangat
jarang digunakan.
- D4: konektor ini hampir mirip
dengan FC hanya berbeda ukurannya saja. Perbedaannya sekitar 2 mm pada
bagian ferrule-nya.
- SMA: konektor ini merupakan
pendahulu dari konektor ST yang sama-sama menggunakan penutup dan
pelindung. Namun seiring dengan berkembangnya ST konektor, maka konektor
ini sudah tidak berkembang lagi penggunaannya.
- E200
Selanjutnya
jenis-jenis konektor tipe kecil:
- LC
- SMU
- SC-DC
Selain itu
pada konektor tersebut biasanya menggunakan warna tertentu dengan maksud
sebagai berikut:
Warna Konektor
|
Arti
|
Keterangan
|
Biru
|
Physical Contact (PC), 0°
|
yang paling umum digunkan untuk serat optik single-mode.
|
Hijau
|
Angle Polished (APC), 8°
|
sudah tidak digunakan lagi untuk serat optik multi-mode
|
Hitam
|
Physical Contact (PC), 0°
|
|
Abu-abu,
|
Krem
|
Physical Contact (PC), 0°
|
serat optik multi-mode
|
Putih
|
Physical Contact (PC), 0°
|
|
Merah
|
|
Penggunaan khusus
|
|
|
|
|